Tentu saya tidak ingin keduanya. Tetapi jika di beri skala, disakiti itu lebih menakutkan daripada dikecewakan. Kecewa bisa disebabkan beberapa hal yang tidak bisa dipenuhi, kekurangan, kesalahan, yang sebenarnya bisa dimaklumi jika kita bersabar menjalani prosesnya. Tapi jika kecewa berkelanjutan tanpa ada perubahan, harapan tak pernah terpenuhi, kekurangan dan kesalahan tidak mengalami kemajuan atau menjadi bahan pembelajaran, hmm gak enak juga ya. Saya ambil jalan tengah, saya sangat menghargai orang2 yang pantang menyerah, belajar dari kesalahan, memahami kegagalan itu adalah jalan menuju keberhasilan, bagaimanapun dia satu langkah lebih maju dari orang yang bahkan tidak mencoba apa2. Jalan yang diambil untuk menjadi tau bahwa jalan sebelumnya salah, berarti di jalur yang tepat toh. Saya juga bukan orang ngoyo, prinsip saya nikmati saja hidup dan terus menjadi lebih baik. Gampang kok bikin saya tidak kecewa, jalani dan hargai proses, dan jangan berhenti memperbaiki diri. Saya gak minta cepat, yang penting istiqomah. Dan satu lagi, saya tidak pernah minta banyak, yang penting warnai hari dengan syukur.
Saya takut disakiti. Baik fisik maupun perasaan. Disakiti fisik itu sepaket juga sih ma nyakitin perasaan. Disakiti perasaan, bisa bikin fisik lemah dan jatuh sakit. Huwaah, disakiti sungguh tidak enak tentu saja. Masalahnya kadang saya suka sulit menghilangkan bekas sakit. Memaafkan sih gampang aja, klo emang orangnya minta maaf. Secara, memaafkan itu healing juga. Yang bikin sebel, klo dah salah gak minta maaf. Hubungan jadi seadanya ajah. Udah dimaafin lah, secara dalam agama mengajarkan begitu. Tapi ikatan hati tentunya sudah hambar.
Huehehe tiba2 nulis ini ada apa toh? Itu loh dicurhatin temen, trus dia nanya lebih pilih mana, disakiti ato dikecewakan? Dua pilihan yang gak enak, tapi kalo disuruh milih, nah tulisan ini jawabannya.
Labels: a cup of tea, elovii