
Batu duduk bertuliskan Museum Bank Indonesia (kapan2 kesiniiiii yuuu)

Meriam Si Jagur
Jam 7.30 sampai di tempat. Sesuai jadwal, kami harus pendaftaran ulang. Fyi, sebelumnya saya dan Tuti sudah daftar via email. Registrasi, dapat nametag dan roti buaya plus teh manis buat sarapan. Mayaaan. Tapi daripada sarapan sama Tuti, saya lebih milih sarapan sama Patung dada S. Sudjojono, pendiri Persagi (Persatuan Ahli Gambar Indonesia). Eh, si Tuti juga nggaya gak mo sarapan ma saya. Dia lebih milih sarapan sama Patung dada Raden Saleh.
Sambil menunggu acara dimulai, kami poto2 lagih. Mumpung gada yang ngelarang inih

Jam 8, kita dikumpulin dan diceritain sekilas tentang Museum Keramik. Setelah itu, kita disebar jadi 3 kelompok, dan ngikutin guide masing2. Museum ini pada tahun 1970-an adalah kantor walikota Jakbar. Diubah fungsinya (saya gak denger tahun berapanya) jadi Balai Seni Rupa dan Museum Keramik. Tahu 2001, namanya di-combine menjadi Museum Seni Rupa dan Keramik. Koleksinya ada 2, Keramik dan Lukisan. Koleksi Keramik lokal tertua adalah dari Majapahit abad 14.
Kendi Susu dari Thailand. Tapi orang lazim menyebutnya sebagai Kendi Majapahit.
Keramik untuk dupa, dan pecahan keramik yang ditemukan di laut.
Paling kanan keramik Lombok, ciri khasnya ada rangkaian semacam uang logam.
Keramik Bandung, aliran Modern, yang cenderung tidak beraturan dan tidak simetris.
Keramik yang melewati proses pembakaran 2x.
Pembentukan tanah liat, kemudian pembakaran pertama pada suhu 900 derajat. Lalu diglasir dengan pewarnaan tertentu sesukanya, dibakar lagi pada suhu 1200 derajat. Jadinya emang bagus mengkilat.
Klo yang ini sih bukan lukisan, tapi potonya tuti diantara 2 totem.
Acara berikutnya, yang ditunggu2 adalaah, workshop bikin keramik,,, uhuy! Saatnya main tanah.
Ini peralatan dan bahan2 yang diperlukan. Yang di plastik itu isinya tanah liat tanpa pasir. Langsung diimport dari Pleret.
Ituh masnya lagi nyontohin bikin keramik pake alat puter kek di pelem Ghost. Saya dari kos dah ngebayangin aja bikin keramik ala Demi Moore. Ternyata alat puternya cuma 2 untuk sekitar 196 peserta, wew. Antrinya bakal kelamaan. Jadinya diajarin teknik pitching, bikin keramik tanpa alat puter. Tanah liatnya diplintir memanjang satu2 baru disusun dan dirapihin, gak bisa kasi gambar, soalnya tangan pada kotor, gak bisa moto. Ada juga teknik pake cetakan, macem2 cetakannya, daun, kupu2, gajah, bebek, kodok, cem macem deeeh.
Pokonya punya saya jadinya kayak gini (dipoto sama tuti setelah cuci tangan).
Bentuknya memang tidak beraturan, karena saya terinspirasi oleh aliran modern *ngeles*.
Klo yang punya tuti lebih rapih nih, dia lebih memilih membuat aliran sendiri. Perkiraan saya aliran fabel. Temanya gajah kecemplung sumur. Lalu kupu2 dan bebek hidup berbahagia selamanya. Happy ending deh pokonya, dengan mengorbankan gajah tentunya.

Dan ini karya semua peserta workshop.
Selesai bikin keramik, peserta dah boleh pulang. Sebelum pulang kita dibekelin teh kotak dulu sama cemilan2. Keramik2 yang kita bikin dikumpulin buat dibakar. 2 minggu lagi boleh diambil. Saya boleh gak ya ngambil punya orang lain aja?
Labels: first time, JalanJalan