Dengan adanya subsidi, masyarakat menjadi kurang aware terhadap ketersediaan BBM yang semakin menipis ini. Solusi terbaik adalah penghematan. Dan sepertinya salah satu cara memaksa kesadaran untuk berhemat adalah dengan menghilangkan subsidi yang berarti menaikkan harga BBM. Atau dengan cara pengaturan subsidi yang lebih berpihak kepada rakyat menengah ke bawah.
Kenaikan harga BBM berbanding lurus dengan pengurangan jumlah pemakaian kendaraan pribadi, dengan demikian berbanding lurus pula dengan pengurangan polusi dan kemacetan. Transportasi massa akan menjadi pilihan utama. Hanya saja, pemerintah harus sangat2 memperhatikan kenyamanan dan keamanan menggunakan kendaraan umum. Bila perlu dibuat khusus kendaraan umum untuk orang kantoran, yang mungkin ditengah perjalanan ingin nyambi membuka laptop menyelesaikan beberapa pekerjaan. Perbaiki keamanan dan kenyamanan transportasi massa! Perbaiki dan bikin teduh pedestrian! Buat jalur bersepeda yang dinaungi pepohonan! Hijaukan daerah perkotaan! Galakkan Bike to work! Perbanyak armada dan koridor busway! Buat jalur untuk becak dan delman!
Kenaikan harga BBM juga berimbas pada kenaikan harga barang. Lebih utama menurut saya, Pemerintah meningkatkan daya beli masyarakat melalui pendidikan dan kesehatan gratis, membuka lapangan pekerjaan, pelatihan2 gratis untuk meningkatkan keterampilan (menjahit, kerajinan tangan, dll) dan kemudahan pinjaman untuk investasi UKM. Usaha membagi2kan umpan (anggaran BLT) sebaiknya dialihkan untuk membagi2kan alat pancing. Salah satu cara membuka lapangan pekerjaan adalah dengan memperbanyak armada busway, yang artinya memperbanyak kebutuhan untuk tenaga supir.
Saya rasa masyarakat akan mengerti jika timbal balik dari kenaikan BBM langsung dapat dirasakan hasilnya secara nyata. Demo2 yang dilakukan sebaiknya menawarkan solusi, bukan tuntutan semata. Melihat sebab, tidak akibat semata.
*Disari dari diskusi ringan dengan beberapa rekan dan juga dari blogwalking. Just another opinion, cmiiw*
Baca juga :
Menakar Dampak Kenaikan BBM
Roti dan Sirkus
Tolak kenaikan BBM
Labels: a cup of tea